Kamis, 09 Maret 2017

Perkembangan E –commerce di bidang Agribisni




Perkembangan  E –commerce  di bidang Agribisnis


Bisnis e-commerce telah menjadi bagian penting dari perkembangan internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia memperkirakan transaksi jual beli barang melalui internet (e-commerce) dari Indonesia akan menembus angka US$ 10,08 miliar. Rata-rata nilai transaksi belanja online tersebut tumbuh 40 persen setiap tahun (CNN Indonesia, 2014).

E-commerce atau e-dagang (bahasa inggris: Electronic commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. .jaringan komputer E-dagang atau e-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, e-dagang juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data (databases), e-surat atau surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini. E-dagang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.Amerika Serikat
Menurut vice chairman & foreign relation Asosiasi E-Coomerce Indonesia (idEA) Agus Tjandra pada penandatangan kerja sama e-commerce antara Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) dan Taipei Computer Association (TCA) di Jakarta menyatakan bahwa total nilai transaksi e-commerce Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 94 triliun dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 283 triliun pada 2016. Jumlah orang yang berbelanja secara online di Tanah Air tercatat mencapai 4,6 juta orang selama 2013 dan diperkirakan meningkat menjadi 8,7 juta orang pada 2016. Komposisi konsumen maupun penjual e-commerce di Indonesia saat ini didominasi oleh orang kantoran sebesar 63,4 persen dan tenaga kerja kasar 15,1 persen sebagai pembeli. Sedangkan pihak penjual sebanyak 21,5 persen. Adapun jumlah pengguna internet Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 74 juta orang (Beritasatu, 2014). Ini merupakan tantangan pertama dari perkembangan bisnis online di Indonesia, yaitu potensi peningkatan penjualan online masih sangat besar.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, dikutip dari CNN Indonesia (2014) mengatakan pihaknya akan menyusun draf awal Rancangan Peraturan Pemerintah untuk melindungi konsumen maupun penjual yang yang menggunakan transaksi via e-commerce. Mengutip sejumlah riset yang dilakukan di dunia terhadap perilaku pengguna internet di Indonesia, satu dari dua pengguna internet pasti akan berbelanja atau berjualan dalam waktu 12 bulan ke depan.
Bisnis e-commerce Indonesia juga telah dilirik banyak investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa VC (Venture Capital) besar seperti Rocket Internet, CyberAgent, East Ventures, dan IdeoSource bahkan sudah menanamkan modal ke perusahaan e-commerce yang berbasis di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna, Saqina, VIP Plaza, Ralali, Elevenia, Bukalapak, agrowing.co.id dan masih banyak lagi. Sebagian dari mereka adalah contoh dari perusahaan e-commerce yang sukses dan berhasil dalam memanfaatkan peluang pasar e-commerce di Indonesia yang sedang meningkat. Bahkan Pemerintah China berinisiatif membuat kerjasama perdagangan berbasis e-commerce dengan negara-negara Asean, termasuk Indonesia.
Ini merupakan angka yang sangat fantastis mengingat bahwa hanya sekitar 7% dari pengguna internet di Indonesia yang pernah belanja secara online, ini berdasarkan data dari McKinsey. Dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 30%, Indonesia memang masih tertinggal jauh, tapi perlu jumlah pengguna akan terus naik seiring dengan bertumbuhnya penggunaan smartphone, penetrasi internet di Indonesia, penggunaan kartu debit dan kredit, dan tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online. Jika kita melihat Indonesia sebagai Negara kepulauan yang sangat luas, e-commerce adalah pasar yang berpotensi tumbuh sangat besar di Indonesia.
Pada tahun 2012, suatu perusahaan e-commerce di Indonesia mencatat bahwa 41% penjualan mereka berasal dari Jakarta, namun pada enam bulan selanjutnya angka ini turun menjadi 22%. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya konsumen di Jakarta saja yang rutin berbelanja online, konsumen di luar Jakarta pun tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan zaman dengan menunjukkan kontribusi mereka pada pasar e-commerce di Indonesia (Starupbisnis, 2014).
Data dari lembaga riset ICD memprediksi bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan Filipina (28%). Berdasarkan data dari majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, Wall Streat Journal, Event Veritrans: Rise of E-Commerce, estimasi pertumbuhan penjualan e-commerce B2C (Business to Custemer) di beberapa negara Asia dapat dilihat pada Gambar 3.1. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia masih rendah dibanding negara lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang cukup pesat, tidak menutup kemungkinan negara tercinta kita ini akan menyaingi negara Asia lain yang sudah dulu menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar